Senin, 30 Maret 2015

Suatu Pagi di proyek yang multi task.....Hak dan Kewajiban Bekerja

Seperti pada hari-hari sebelumnya, bangun pagi saya melakukan aktivitas merawat tanaman sayur-mayur disamping barak saya,mulai dari menyiram, menyiangi rumput-rumput, dan mengisi polybag-polybag baru dengan tanah dan humus untuk perluasan tanamanan....hehehe...macam luas aja kebun ini, setelah agak siangan tak lupa saya menyiapkan kendaraan dinas mulai dari pengecekan oli, minyak rem, air radiator, accu, v-belt dan lainnya, setelah beres maka saya mulai menstater kendaraan guna pemanasan. Dan sesuai planing maka saya lanjutkan dengan mengganti kampas rem yang memang sudah menipis, setelah saya buka ban, dan cek kampasnya, ternyata ada satu kampas yang sudah tipis, maka saya lanjutkan dengan mengganti kampas dengan menggunakan kampas second yang kondisinya masih layak....sebagai upaya efisiensi guna menunjang program perusahaan tempat dimana saya dan keluarga menggtungkan hidup selama ini.

Setelah selesai saya lanjutkandengan mandi dan sarapan lalu saya berkeliling proyek untuk melihat-lihat kondisi pekerjaan yang di lakukan oleh kontraktor sebelum mereka beraktivitas seperti biasanya. Namun setelah berputar ke sana kemari koq kelihatan sepi dimana tidak seperti biasanya. Dimana pada pagi hari biasanya para pekerja pabrik atau operator telah melakukan aktivitasnya masaing-masing untuk menyiapkan pengolahan pada tengah harinya.  Walau dalam hati bertanya-tanya tetap saya langkahkan kaki menuju office yang memang kelihatan sepi, barangkali mereka masuk siang.

Menjelang tengah hari saya lakukan meeting koordinasi dengan pihak kontraktor untuk membahas skala prioritas penyelesaian proyek ini, yang sudah tertunda bebeberapa bulan dari target awal akibat turunnya harga komoditi yang kita olah. Setelah selesai saya dan pihak kontraktor masih berbincang-bincang ringan di ruang meeting. Dari balik kaca saya lihat para operator sudah berkumpul di depan office, ini tidak seperti biasanya, barangkali mereka mau di briefing oleh atasannya pikir saya. Tidak lama kemudian teman operasional menanyakan apakah meeting sudah selesai, katanya mereka mau pakai ruangan untuk diskusi dengan para operator.

Sengaja saya tidak meninggalkan ruang meeting, karena ingin tau ada apa dengan para operator ini? koq tumben meeting bareng. Rupaya para operator menuntut haknya sebagai operator yang telah di janjikan oleh pihak management, bahwa dimana pada tanggal ini akan dibagikan SK pengangkatan sebagai karyawan tetap. Setelah dilakukan diskusi dengan para atasan mereka, maka para operator tetap ngotot sebelum SK di tangan mereka dan hak mereka di penuhi, mereka tidak akan menjalankan tugasnya alias mogok kerja.Padahal buah lagi banyak .....apalagi ini mau tutup bulan......??????? pusingkan......Padahal para atasan mereka sudah memberikan penjelasan bahwa semua hak-hak mereka akan di penuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun semua itu kan perlu proses.

Akhirnya kawan bagian operasional memutuskan bahwa untuk SK pengangkatan akan di tunggu sampai si pembawa SK datang ke site, sedangkan hak-hak operator tetap akan di penuhi sesuai prosedur dan memberi kebebasan bagi para operator untuk yang tidak mau masuk kerja silahkan, yang mau masuk silahkan.

Berbicara soal hak dan kewajiban diperlukan suatu kearifan dan kebijaksanaan dari semua, baik pihak management dan pihak pekerja. dimana semua sudah di atur dalam undang-undang ketenaga kerjaan negara ini. Kita sebagai pekerja atau buruhpun tidak bisa serta merta memaksakan kehendak untuk disinilah kita di tuntut seberapa arif dan bijak kah kita bekerja di tengah kondisi seperti ini???? namun di sisi lainnya pihak management juga harus punya suatu perencanaan management yang terintegrasi dan berkelanjutan....dan lebih memanusiakan manusia....

Tetap semangat dalam bekerja...karena bila niat kita bekerja sebagai bagian dari ibadah maka hal ini akan memberi nilai tambah bagi diri kita.....



Senin, 09 Maret 2015

Baut Mutu Tunggi



High Tension Bolt (Baut Mutu Tinggi) sering digunakan pada sambungan baja profil. Ada dua jenis utama baut mutu tinggi :
1.   A325
2.   A490
Umumnya dalam pekerjaan konstruksi digunakan A325. Diameter baut kekuatan tinggi antara ½ dan 1 ½ inci (3 inci A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan adalah 7/8 inci dan1 inci.
Tegangan Geser Ijin :
A325 = 17,5 ksi = 1225 kg/cm2
A490 = 22    ksi = 1540 kg/cm2
Tegangan tarik ijin
A325 = 44 ksi = 3080 kg/cm2
A490 = 54 ksi = 3780 kg/cm2
Catatan :
Jika dibandingkan dengan baut hitam
Tegangan geser ijin = 960 kg/cm2
Tegangan tarik ijin   = 1600 kg/cm2
Diameter High Tension Bolt (Baut Mutu Tinggi) adalah Ã˜ 12,  Ã˜ 16,  Ã˜ 19,  Ã˜ 22,  Ã˜ 25,  Ã˜ 29,  Ã˜ 32,  Ã˜ 35.
Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI)
Baut Memikul Geser
Ng = ( F / Î¦ ). n. No
dimana :
Φ = Faktor keamanan = 1,4
F = faktor gesekan permukaan untuk
permukaan bersih  F = 0,35
permukaan galvanis  F = 0,16 ~ 0,26
No = Pembebanan tarik awal (gaya pratarik awal)

 Berikut tabelnya baut mutu hitam mutu tinggi untuk berbagai diameter :


Diameter HTB (mm) A325 (Ton) A490 (Ton)
12 5,3 6,7
16 8,5 10,7
19 12,5 15,6
22 17,3 21,8
25 22,7 28,5
29 24,9 35,6
32 31,6 45,4
35 37,8 53,8

Jumat, 06 Maret 2015

Bagian-bagian Pabrik Minyak Kelapa Sawit (Station Sterelizer )




2.       Station Sterilizer

Pada setiap PMKS tentunya menghendaki hasil yang maksimal, dan salah satu usaha untuk itu terdapat pada station sterelizer atau rebusan. Pada station rebuan memegang peranan sangat penting, hampir 60% keberhasilan mutu yang baik ditentukan di station ini, dimana kita memperlakukan TBS sebagai raw material PMKS.

Tujuan dari perebusan TBS di Station ini adalah :

a.      Menghentikan Aktifitas Enzym
b.      Melepaskan Brondolan dari Spikelet
c.      Menurunkan Kadar Air
d.      Memecahkan Emulsi
e.      Melepaskan Serat dan Biji
f.       Membantu proses Pelepasan Inti dari Cangkang

a.      Menghentikan Aktifitas Enzim
Dalam buah sawit terdapat enzim lipase yang bertindak sebagai katilisator dalam pembentukan trigliserida dan kemudian memecah kembali menjadi asam lemak bebas (ALB) dan enzym oksidase yang berperan dalam proses pembentukan peroksida yang kemudian dioksidasi lagi dan pecah menjadi gugusan asam aldehide.  Ibarat kita makan buah apel, jika pada apel ada bekas sayatan, dan kita biarkan maka akan kelihatan kecoklatan dan lama-lama akan semakin hitan. Seperti itulah juga pada buah sawit.
Jadi kandungan ALB yang terdapat dalam minyak sawit merupakan hasil kerja enzim lipase dan oksidase. Aktifitas enzim semakin tinggi apabila buah mengalami memar (luka). Kedua enzym itu tetap aktif dalam buah sebelum dihentikan dengan proses secara fisika dan kimia. Cara fisika yaitu dengan cara pemanasan pada suhu yang dapat mendegradasi protein. Enzim pada umumnya tidak aktif lagi pada suhu 50°C. Oleh sebab itu rebusan pada suhu 120°C akan menghentikan kegiatan enzim.

b.      Melepaskan Brondolan dari Spikelet

Kandungan Minyak dan inti sawit yang terdapat dalam buah, akan lebih mudah di ekstraksi bila buah telah dilepaskan dari spikeletnya.
Buah dapat terlepas dari spikelet melalui cara hidrolisa hemisellulosa dan hidrolisa pectin yang terdapat di pangkal buah. Hidrolisa dapat terjadi dengan proses kimia dan kimia fisika serta reaksi biokimia. Hidrolisa dengan reaksi biokimia telah terjadi sejak di lapangan yaitu pada proses pemasakan buah yang ditandai dengan buah yang membrondol. Reaksi hidrolisa hemisellulosa dan pektin dapat terjadi dalam ketel rebusan yang dipercepat oleh pemanasan. Panas uap tersebut dapat meresap ke dalam buah karena adanya tekanan.
Hidrolisa pektin dalam tangkai tidak seluruhnya menyebabkan pelepasan buah, oleh karena itu masih perlu dilanjutkan dengan proses pemipilan pada “Threshing Machine”.

c.      Menurunkan Kadar Air

Sterilisasi atau Perbusan buah dapat membantu penurunan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara penguapan. Penurunan kandungan air buah menyebabkan buah menyusut sehingga terbentuk rongga-rongga kosong pada pericarp yang mempermudah proses penge-press-an.
Interaksi penurunan kadar air dan panas dalam buah akan menyebabkan minyak sawit antar sel dapat bersatu dan mempunyai viskositas yang rendah sehingga mudah keluar dari dalam sel sewaktu proses penge-press-an berlangsung.
Pericarp yang mendapat perlakuan panas dan tekanan akan menyebabkan serat menjadi mudah lepas ikatannya antara serat yang satu dengan yang lain. Hal ini akan meningkatkan efisiensi digester dan depericarper/polishing drum. Air yang terkandung dalam inti akan menguap melalui mata biji sehingga kernel susut dan proses pemecahan biji akan lebih mudah.

d.      Memecahkan Emulsi

Minyak didalam pericarp berbentuk emulsi dapat lebih mudah keluar dari sel jika berobah dari fase emulsi menjadi minyak. Perubahan ini dapat terjadi dengan bantuan pemanasan, yang menyebabkan bergabungnya tiap fraksi yang memiliki polaritas yang sama dan berdekatan, akibatnya minyak dan air terpisah. Peristiwa ini akan mempermudah minyak keluar dari pericarp. Penetrasi uap yang sempurna pada pericarp, terutama pada buah yang paling dalam, akan mempertinggi efisiensi ekstraksi minyak. Pemecahan emulsi yang dimulai dari proses perebusan akan membantu proses pemisahan minyak dari air dan bahan padat lainnya di stasiun klarifikasi

e.      Melepaskan serat dan biji

Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan serat dari biji oleh Polishing Drum, yang pada akhirnya akan menyebabkan pemecahan biji lebih sulit dalam alat pemecah biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan membantu proses hidrolisis. Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat diantara serat akan menahan minyak. Jika biji dipukul dalam alat pemecah biji maka terjadi sifat kenyal yang membuat biji tidak pecah, dan jika pecah maka yang terjadi adalah pecahan besar yang tidak dikehendaki (53).

f.       Membantu proses pelepasan inti dari cangkang

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar air biji yang turun hingga 15% akan menyebabkan inti susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang dari cangkang. Hal ini akan membantu proses fermentasi didalam Nut Silo, sehingga pemecahan biji dapat berlangsung dengan baik, demikian juga pemisahan inti dan cangkang dalam proses pemisahan kering atau basah dapat menghasilkan inti yang mengandung kotoran lebih kecil.

Cara dan proses pada station sterelizer
Dalam setiap PMKS mempunyai cara dan proses yang berbeda-beda antara PMKS satu dengan yang lainnya. Yang akan agan bahas kali ini adalah sistem perebusan dengan konstruksi sterelizer horizontal....untuk itu sistem yang kami pakai adalah dengan beberapa peralatan sebagai berikut :

2.1          Fresh fruit bunch conveyor 1
FFB conveyor 1 berfungsi untuk memindahkan TBS dari loading ramp menuju FFB conveyor 2 dengan sistem scraper. Jadi TBS yang turun dari loading ramp dipindahkan dengan sistem seperti belt berjalan, namun karena material berupa granular yang bengitu besar maka di pilih sistem scraper yang di lekatkan pada chain. Sistem ini akan lebih efisien dan praktis jika dibandingankan dengan sisten lori masuk sampai di bawah loading ramp dan dapat menghemat investasi serta lebih safety.

2.2          Fresh fruit bunch conveyor 2
Sama halnya FFB conveyor 1, FFB conveyor 2 juga berfungsi sebagai alat transport TBS dari FFB conveyor1 menuju lori-lori. Dibagian ujung pada FFB conveyor 2 terdapat chute-chute dengan pintu sliding yang digerakan secara hidrolic guna mengatur volume isian pada TBS pada lori-lori.

2.3          Dry transfer carriage
Dry transfer carriage adalah unit alat yang digunakan untuk memindahkan lori-lori yang baru selesai diisi TBS sebelum di rebus untuk di tempatkan didepan rebusan. Dinamakan dry transfer carriage karena TBSnya belum mengalami proses perebusan atau masih kering. Unit alat tersebut digerakan dengan sistem motor hidroulic yang bergerak pada rel-rel nya. Pada setiap dimana lori akan di masukan ke jalurnya dan pada setiap ujung jalurnya di pasang sensor-sensor otomatis sehingga unit akan bergerak sesuai dengan tujuannya.

2.4          Wet transfer carriage
Sama halnya dry transfer carriage, wet transfer carriage juga untuk memindahkan lori-lori yang berisi TBS setelah di rebus. Cara dan sistem kerjanya sama dengan dry transfer carriage.

2.5          Indexer system
Indexer sistem menurut saya adalah salah satu sistem transport pemindahan lori bermuatan TBS yang memanfaatkan sistem hidroulic yang berjalan pada rel-rel. Pada PMKS-PMKS diera tahuan 90an sistem pemindahan lori yaitu dengan cara di tarik menggunakan wing dan rope baja (seling) yang  di kaitkan pada lori. Cara ini sering tidak aman karena sering rope tidak mendapat perawatan yang  memadai.

2.6          Drawbridge
Drawbridge adalah konstruksi seperti jembatan untuk memasukan dan mengeluarkan lori ke sterelizer. Pada sistem ini kami menggunakan drwabridge yang di gerakan menggunakan hidroulic, sehingga mengurangi jumlah operator pada station sterelizer.

2.7          Tippler
Tippler berfungsi untuk menumpahkan tbs yang sudah direbus kedalam hoper untuk di lanjutkan ke threser drum menggubakan inclined fruit bunch conveyor guna di lakukan perontokan. Biasanya pada PMKS yang lama umumnya menggunakan gantri crane, dan sistem ini memerlukan investasi yang relatif mahal. Pada konstruksi tippler di gerakan oleh sistem hidroulic. Jadi lori yang berisi tbs setelah direbus lalu di masukan kedalam tippler. Di dalam tippler lori kemudian di paskan pada dudukannya, lalu  di putar 180oC sehingga tbs yang di dalam tumpah di dalam hoper.

2.8          Sterilizer
Konstruksi sterelizer adalah bejana bertekan yang berbentuk horizontal. Tipe horizontal, yang merupakan bejana horizontal dan memiliki keuntungan antara lain :

-    Kapasitas sterilizer antara 15 – 30 ton TBS.
-    Pengoperasian lebih mudah dan praktis.
-  Buah tidak bersinggungan langsung dengan dinding, sehingga bahan olah tidak mungkin menyebabkan bejana menjadi korosi.
-  Pengisian uap masuk dan pembuangan uap keluar serta pembuangan air kondensat lebih  mudah dilakukan.


Pada system rebusan horizontal bertekanan menggunakan beberapa peralatan berupa :
1)     Main steam inlet, berfungsi sebagai supply steam dari BPV (back pressure vessel)
2)     Auxiliary steam inlet, berfungsi sebagai secondary supply steam (pembantu suplly steam    dari main steam inlet)
3)     Kondensat c/w strainer, berfungsi untuk pembuangan kondensat hasil perebusan
4)     Deaerasi, berfungsi untuk buang udara agar proses perebusan optimal
5)     Exhaust, berfungsi untuk membuang steam yang di lewatkan melalui blow down silencer
6)     Safety valve, berfungsi sebagai pengaman bejana tekan dari tekanan yg melebihi tekanan ijin.
7)     Pressure gauge, berfungsi untuk mengetahui tekanan yg ada didalam bejana
8)     By-pass kondensate, berbentuk orifice dg diameter 10 mm – 15 mm, berfungsi membuang kondensat selama proses perebusan berlangsung yang di by pass dg tujuan agar kondensate terbuang secara kontinyu.


Mekanisme Perebusan Buah

Pola perebusan yang dipilih harus disesuaikan dengan kemampuan boiler memproduksi uap, agar tujuan perebusan dapat tercapai. Pola perebusan yang lazim dikenal di PMKS adalah single peak, double peak dan triple peak. Pola perebusan tripple peak (TP)banyak digunakan di banyak PMKS,   selain   berfungsi   sebagai   tindakan  fisika juga terjadi proses mekanis yaitu adanya kejutan yang disebabkan oleh perobahan tekanan yang cepat.
Keberhasilan TP dipengaruhi oleh tekanan uap yang tersedia, kapasitas ketel rebusan, bahan baku dan lama perebusan. Sebelum penyebaran Serangga Penyerbuk Kelapa Sawit (SPKS), tekanan uap pada setiap peak berbeda-beda, akan tetapi dengan tersebarnya SPKS maka dikenal Triplle Peak  yang puncaknya satu sama lain sama, kecuali waktu di setiap puncak berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

Mekanisme penetrasi uap pada perebusan TBS sebagai berikut :

Uap yang masuk ke dalam ketel rebusan pada mulanya memanaskan buah luar dan masuk lagi pada buah-buah yang lebih dalam. Panas yang diterima oleh setiap lapisan buah tidak sama. Penurunan suhu uap pada lapisan yang lebih bawah menyebabkan penurunan tekanan uap. Waktu perebusan berlangsung lebih lama apabila lapisan buah yang dilalui uap semakin banyak. Tahapan penetrasi uap pada setiap lapisan buah diasumsikan sebagai berikut.

Faktor-faktor yang diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi pelepasan buah dalam proses perebusan antara lain :

1.      Pembuangan Udara

Udara merupakan penghantar panas yang lambat dan berpengaruh negatif terhadap proses perebusan. Udara yang terdapat dalam rebusan akan menurunkan tekanan. Misalnya jika tekanan uap yang masuk ke sterilizer 4 kg(a) dan tekanan udara dalam rebusan 1 kg, dengan perbandingan uap dan udara 3 berbanding 1, maka tekanan partial uap dalam rebusan
adalah :


                    ___3___
                       [ 3  +  1]             x  4 = 3 kg a/cm²
                   

Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa udara yang terdapat dalam bejana rebusan hendaknya dikeluarkan terlebih dahulu, cara ini disebut “Deaerasi”.

Upaya memperkecil jumlah udara dalam bejana rebusan ialah dengan :

a.   Mengatur isi lori agar buah disusun penuh sesuai dengan kapasitas disain, tidak dibenarkan diisi secara berlebihan. Perlu diketahui bahwa pengisian lori yang terlalu penuh selain mengurangi jumlah udara dalam bejana juga akan mengurangi kapasitas olah.

b.   Melakukan dearasi, yaitu pembuangan udara dari bejana dengan cara didorong oleh uap. Deaerasi dilakukan dengan cara memasukkan uap dari bagian atas bejana rebusan dan mengeluarkannya dari bagian dasar bejana. Uap dimasukkan dari atas bejana karena berat jenis udara lebih tinggi dibandingkan dengan uap air, yakni berat jenis uap pada suhu 100°C adalah 0,598 kg/m³, sedangkan udara yang bercampur uap air pada suhu 50°C berat jenisnya adalah 1,043 kg/m³. Prinsip perbedaan berat jenis tersebut merupakan alasan pemilihan tempat titik masuknya uap. Pembuangan udara yang terlalu cepat dapat menyebabkan terjadinya turbulensi uap yaitu percampuran antara udara dengan uap yang menyebabkan kebutuhan waktu deaerasi menjadi lebih lama. Oleh sebab itu pemasukan uap dilakukan secara bertahap, pada mulanya menggunakan pipa yang berdiameter 2 inchi, yang kemudian dilanjutkan dengan pemasukan melalui pipa yang berdiameter 6 inchi.

Didalam pelaksanaan deaerasi,  perlu diperhatikan beberapa hal :

Waktu proses deaerasi,
Semakin lama proses deaerasi maka semakin sempurna proses pembuangan udara akan tetapi sebaliknya terjadi penurunan kapasitas olah di sterilizer.

Proses deaerasi
Dilakukan secara bertahap dan terpadu dengan pembuangan air kondensat udarapun akan terikut, yaitu dengan pembuangan air kondensat terus-menerus melalui pipa kecil (diameter 0,5 inchi) di dasar rebusan.

Pembuangan Air Kondensat

Uap air yang terkondensasi dan berada didasar bejana rebusan merupakan penghambat dalam proses perebusan. Air yang terdapat dalam rebusan akan mengabsorbsi panas yang diberikan dan menyebabkan jumlah air dalam bejana semakin bertambah. Pertambahan ini, bila tidak diimbangi dengan pembuangan air kondensat akan memperlambat usaha pencapaian tekanan puncak.
Diperkirakan jumlah air kondesat mencapai 13 persen dari jumlah berat TBS yang diolah, sehingga oleh beberapa pabrik dilakukan blow down terus menerus melalui pipa diameter inchi. Cara ini menunjukkan buah rebus menjadi kering dan lebih mudah dilumat oleh  screw press.

Waktu Perebusan

Perebusan membutuhkan waktu penetrasi uap hingga masuk kebagian tandan yang paling dalam. Untuk tandan yang beratnya 3 – 6 kg , penetrasi uap pada suhu 100°C membutuhkan waktu 25 – 30 menit untuk masuk sampai ke bagian dalam . Sedangkan untuk tandan yang beratnya 17 kg membutuhkan waktu 50 menit. Bagaimana keadaan penetrasi uap pada suhu 142°C, belum diketahui dengan pasti, akan tetapi penetrasi uap semakin cepat bila tekanan uap semakin tinggi. Sebagai indikator untuk mengetahui penetrasi uap adalah jika suhu dan tekanan bejana tidak berbeda dengan “steam table”yang ada
.
Hubungan waktu perebusan dengan efisiensi ekstraksi minyak adalah sebagai berikut :

-     Semakin lama perebusan buah maka jumlah buah yang terpipil semakin tinggi, atau persentase tandan yang tidak terpipil semakin rendah.
-     Semakin lama perebusan buah maka biji semakin masak dan menghasilkan biji yang lebih mudah pecah dan sifat lekang.
-    Semakin lama perebusan buah maka kehilangan minyak dalam air kondensat semakin tinggi.
-  Semakin lama perebusan buah maka kandungan minyak dalam tandan kosong semakin tinggi yaitu terjadinya penyerapan minyak oleh tandan kosong akibat terdapatnya rongga-rongga kosong.
-    Semakin lama perebusan buah maka mutu minyak sawit akan semakin menurun, yang dapat diketahui dengan penurunan nilai Deterioration of Bleachability Index (DOBI)


Lama waktu perebusan yang  berpengaruh  terhadap efisiensi ekstraksi dan mutu minyak adalah masa selama mempertahankan puncak yang terpanjang (untuk tripple peak adalah puncak ke 3).

Pembuangan Uap

Pembuangan uap dilakukan sesuai dengan pola perebusan yang dilakukan. Uap dibuang melalui cerobong atas yang pipanya berukuran besar diameter 8 inchi. Umumnya ukuran pipa pembuang uap lebih besar dari pipa uap masuk sehingga pembuangan uap dapat terlaksana dengan cepat sehingga buah lebih mudah lepas dari tangkainya.
Pembuangan uap pada peak-peak sebelum akhir perebusan pada pola Double Peak dan Tripple Peak dilakukan bersamaan dengan pembuangan air kondeasat, dengan maksud agar penurunan tekanan dapat berlangsung dengan cepat. Pada  akhir perebusan sebelum pembuangan uap (blow up) air kondensat dibuang terlebih dahulu sehingga buah yang direbus kering.
Untuk mempermudah pengaturan uap dapat dilakukan dengan menggunakan  automatic control valve yang belakangan ini telah banyak digunakan oleh PKS yang baru didirikan.

Cara Penyaluran Uap masuk dan keluar Selama Perebusan

a.   Manual, Semua aktifitas pemasukan uap, pengeluaran uap dan pembuangan kondensat sepenuhnya menggunakan tenaga manusia. Seperti diutarakan diatas bahwa pengaturan uap bergantung kepada kemampuan sumber uap dan pemakaian uap. Karena pelaksanaannya membutuhkan kekuatan fisik operator, maka cara manual memerlukan tenaga 2-3 orang tiap shift untuk kapasitas 30 ton TBS/jam. Dalam pelaksanaannya, pola perebusan tiga puncak proses pembukaan dan penutupan kran uap membuat operator sangat sibuk, sehingga kegiatan-kegiatan yang seharusnya dikerjakan pada pola tiga puncak sering terlupakan.

b.   Automatisasi, Semua aktifitas pemasukan uap, pengeluaran uap dan pembuangan kondensat menggunakan bantuan alat yang diprogram. Pada perebusan secara manual, kran yang digunakan disebut ”globe valve” dengan ciri lambat, yakni memerlukan pemutaran beberapa kali dan membutuhkan waktu yang lama untuk buka/tutup 100% dan 0%. Karena kelemahan tersebut maka dikembangkanlah automatisasi yang didasarkan pada waktu dan tekanan rebusan. Untuk mempertinggi effisiensi pengoperasian pembukaan dan penutupan uap maka kran yang digunakan ialah “butterfly valve” yang mana pembukaan dan penutupannya dibantu oleh alat “compressor” dan dikontrol dengan program.

Berbagai Cara Kerja Automatisasi

Automatisasi dasar waktu, yaitu pembukaan dan penutupan kran uap masuk, uap keluar dan air kondensat didasarkan pada waktu yang telah ditetapkan. Waktu yang menjadi dasar ialah tahapan waktu selama perebusan. Tahapan yang diprogramkan didasarkan pada tekanan rebusan yang normal, dan apabila terjadi perubahan tekanan uap dari “back pressure vessel” maka masa rebus tidak dinunda atau diperpanjang. Dengan kata lain buah yang direbus masak atau tidak masak kran buangan uap atas dan air kondensat secara otomatis akan terbuka.

Automatisasi dasar tekanan, yaitu masa rebusan dihitung  bila tekanan tercapai, hal ini berbeda dengan dasar waktu. Apabila penjumlahan waktu yang didasarkan pada tekanan uap dalam sterilizer yang dirancang telah tercapai maka Program Logic Computer (PLC) mengatur kompressor untuk membuka dan menutup kran. Pada program ini dapat dikembangkan untuk mengatur pemasukan uap sesuai kebutuhan pada sterilizer berarti bukan hanya 0% dan 100%, akan tetapi dapat diatasi misalnya 85% dan sebagainya.